Satu garis jalan dalam kota, Malioboro

malioboro adalah kehidupan…..adalah sejarah dan masa depan, sebuah jalan terunik di dunia, malioboro memang tak sebersih suria KLCC di mayasia, juga tak semegah causewaybay di hongkong, tak seeksotis The Faubourg Saint-Honore paris, tak sepanjang Stroget kopenhagen denmark, harga-harga barang di malioboro tak semahal kolonaki yunani yang memang terkenal paling mahal di dunia, brand-brand yang ada di malibora hanya batik lokal berbeda dengan
SoHo new york yang di banjiri merek Marc Jacob, Swiss Army, Kate Spade, Legacy dll, pengunjungnya pun hanya rakyat biasa tak seperti Rodeo Drives los angles yang di penuhi artis papan atas.
tapi di tempat ini ajaran montesque yang menyebar keseluruh dunia berupa trias politika benar-benar berada dalam satu garis, gedung agung di selatan dan kantor anggota dewan di tengahnya disertai kerumunan kehidupan rakyat beserta benteng vandenbeg sebagai lambang militerisme maka lengkaplah, tak hanya membuat malioboro sebagai sebuah ekosistem wisata dan ekonomi tapi seklaigus juga wajah kebersamaan antara pemimpin wakil dan rakyat serta pembelanya.
disini kendaraan termewah pun harus rela berbagi tempat dengan sepeda, taksi dan bus transjogja berbagi pelanggan dengan delman dan becak, pasar tradisional pun berdiri sama sombngnya dengan rentetan mall mewah kelas atas, lapak-lapak cindramata tak kalah luar biasa dibanding deretan toko yang berjejer megah, pedagang makanan tradisional siap berhadapan dengan makanan siap saji ala barat, bule-bule harus berpeluh keringat yang sama dengan wajah-wajah lokal. jalan ini pula-lah yang mengubungkan sarkem dengan mesjid terbesar di kota jogja.di jalan ini ribuan orang mengais makan dan kebahagiaan.
di malioboro terekam cerita terangkai dalam jutaan kata, dari heterogen kultur, luapan cinta, hilangnya budaya sopan, terhapusnya nilai kejujuran, budaya konsumtif yang menggila sampai guratan kriminalitas membuat aku semakin terpesona…???
tempat ini pula yang mewarnai perjalanan musik seni, budaya dan dunia kepenyairan dan sastra indonesia. doel sumbang yang notabene berdarah pasundan seperti tidak mau kehilangan tempat di maliboro dengan sajak cintanya, ebiet G ade menemukan keindahan syair dalam lagunya di jalan ini, dan katon bagaskara tak ingin kehilangan nuansa tanah kelahirannya dalam “yogyakarta”. di tempat inilah umbu landu paringgi di nobatkan sebagai presiden penyair maliboro, umbu berbeda dengan sutardzi colozum bachri menjadi presiden penyair indonesia karena candaan abdul hadi w di TIM, atau H.B. Jassin dengan sebutan “Paus Sastra Indonesia” yg di berikan oleh gayus siagian, karena karyanya, tapi umbu lebih dari itu “presiden penyair malioboro” yang disematkan tak hanya karena karyanya yang berbicara tetang cinta dan kasih sayang yang diucapkan secara khas tapi cucu raja sumba ini yang menguasai belantara sastra jogja antara taun 1970-1980, juga atas perannya sebagai guru PSK (persada studi klub) yang menghasilkan sastrawan-sastrawan berkaliber raksasa macam Linus Suryadi, Korie Layun Rampan, Emha Ainun Nadjib atau ratusan anak muda yang memuja Umbu. Sosok misterius Umbu dan keinginannya mengalahkan kata-kata adalah bagian tersendiri dari kisah Malioboro sebagai sebuah jalan.
Malioboro juga menyimpan kenangan kepahitan atas serbuan pasukan-pasukan RPKAD yang juga menggerakkan pemuda-pemuda anti kominis untuk mengetuki pintu rumah-rumah yang ditengarai terlibat Partai Komunis Indonesia. Apakah Malioboro juga menjadi saksi bagaimana DN Aidit melarikan diri dan berusaha bertemu dengan ketua partai Yogya sebelum akhirnya menyusup ke Solo dan ditangkap oleh militer. Apakah DN Aidit juga memandang jalan Malioboro, seperti halnya Umbu memandang jalan Malioboro? Entah Aidit, entah Umbu Jalan Malioboro adalah jalanan yang dipenuhi kenangan……
Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.
malioboro adalah museum hidup sejarah jogja, dan merupakan bagian penting sejarah perjalanan jogja hingga masa depan jogja,
untuk jutaan orang yang pernah menghabiskan masa mudanya di Yogya..terkenang Malioboro. Karena Toh Yogya menyimpan jutaan kenangan di banyak kepala kita. Dan Malioboro seperti bahasa Sansekerta yang berarti rangkaian bunga, adalah rangkaian cerita dan keindahan yang melantun di kepala orang bila mengingat Kota Yogyakarta.
Seperti satu bait yang ditulis Umbu Landu Paranggi dalam sajak Melodia….Cintalah yang membuat diriku betah untuk sesekali bertahan……Begitulah kenangan banyak orang pada Yogya dan bujur jalan Malioboro.
sarkem adalah pasar kembang di utara sang jalan, dan malioboro adalah rangkaian kembang itu sendiri, sebuah rangkaian menuju keraton sebagai jalan keindahan.
tapi di tempat ini ajaran montesque yang menyebar keseluruh dunia berupa trias politika benar-benar berada dalam satu garis”
sumber : http://superzupper.tumblr.com/post/14259181855/satu-garis-jalan-dalam-kota-malioboro